Chapter VII... Filosofi 2+1 Benda
Kita lupakan sejenak kisah air mata yang terjatuh yang disebabkan oleh Karang. Kita kembali lagi kepada sebuah hati yang sampai saat ini masih dilanda gundah, gusar, cemas, sedih yang teramat sangat dibalahan bumi yang lain. Hati seorang wanita yang benama Sifa, yang sejatinya ia tak akan pernah mendapat cicin penikahan yang telah dijanjikan oleh Karang. Hatinya diliputi rasa gelisah yang sampai sekarang masih belum juga bisa tenang hingga diketahui oleh suaminya
“ gelisah apa yang sedang ada dala pikiran mu wahai istri ku? “
“ ngak ada apa-apa ko’ “
“ jangan bohong semuanya tersiart jelas diwajah mu “
“ apa kau yakin mau mendengarkan kegelisahan hati ku? “
” aku tak yakin kau bisa menerimanya sebab kau bukan dirinya “
“ sudahlah tak usah dibahas lagi, mulai malam ini sepenuhnya aku adalah milik mu seorang “
“ tapi aku mau tahu dulu permasalah apa yang mengganjal dihati mu “
“ aku kan sudah bilang kalau aku ngak mau membahasnya lagi, aku mohon kepada mu “ dengan nada yang tinggi sedikit membentak
“ tapi aku adalah suami mu, jadi aku berhak mengetahuinya “
“ apa aku salah kalau aku ingin tahu apa masalah yang mengganjal pikiran istri ku? “
“ ngak ada yang salah, cuman aku butuh waktu untuk bisa menerima semuanya ini, jikalau dia pasti bisa mengerti dengan emosi ku yang sekarang ini “
“ dia siapa? “
“ Karang “
“ Karang siapa? “
“ Karang orang yang selama ini mengerti dan paham dengan semua emosi ku “
“ maafkan aku wahai suami ku, aku tak bermaksud ingin membandingkan diri mu dengan dirinya, tapi karena kau ingin tahu apa yang aku pikirkan sekarang ini terpaksa aku utarakan apa yang sekarang ini menjadi ganjalan dalam hati dan pikiran ku saat ini “
“ sekali lagi aku minta maaf wahai suami ku “
“ ngak apa-apa istri ku, InsaAllah aku bisa maklum dan bisa terima dengan semua penjelasan mu “
“ InsaAllah aku mencoba untuk memahami semua masa lalu mu “
“ terima kasih ya sudah mau jujur terhadap ku “
“ sekali lagi aku minta maaf atas semuanya ini, aku tak berniat untuk menyakiti perasaan dan hati mu “ terisak air matanya terjatuh ketika menjelaskan semuanya itu.
“ ya udah ngak apa-apa, gimana kalau besok kita berkunjung kerumah Karang untuk SilahtuhRohim, mungkin Karang ngak bisa datang hari ini karena ada keperluan yang mendesak dan mendadak harus dikerjakan saat ini juga “ dipeluknya tubuh Sifa.
“ terima kasih untuk pengertiannya “
Malam itu sedikit tenang pikiran dan hatinya Sifa mendengar penjelasan dan pengertian Alif suaminya.
Ke esokan harinya seperti yang telah dibicarakan tadi malam, Sifa dan Alif berpamitan kepada Ibu dan Bapak untuk berkunjung SilahtuhRohim kerumah Karang. Sebenarnya ibu setengah hati untuk melepaskan Sifa untuk berkunjung kerumah Karang tapi jika ini bisa menenangkan hati putrinya terpaksa ibu merestui niatnya itu.
“ ibu hari ini Sifa mau pamitan SilahtuhRohim dengan kerumah Karang bersama Mas Alif “
“ iya ibu ijinin, hati-hati dijalan yang Sayang “ tanpa sadar air mata ibu terjatuh
Melihat ibu menangis, Sifa tahu akan apa yang ada didalam pikiran ibu. Sifa tahu Kenapa air mata ibu terjatuh? Karena yang tahu akan semua isi pikiran dan hatinya adalah ibu yang selama ini rasakan. Dan akhirnya Sifa dan Alif memacu mobil menuju kearah rumah Karang. Lumayan lama jika ditempuh dengan kendaraan roda empat karena suasana dijalan yang ramai. Mobil mereka berjalan dengan pelan dan mereka pun terjebak oleh macet. Entah kenapa Sifa mendadak pusing ketika terjebak oleh kemacetan tersebut. Apakah ini energi yang disebabkan dan pertanda yang diberikan oleh gelang bambu yang dikenakan oleh Sifa. Semenjak Karang memberikan gelang dan beberapa bulan kemudian disusul kalung, Sifa tidak pernah melepaskan kedua benda tersebut dari tubuhnya. Tubuh Sifa mendadak lemas dan kepalanya merasakan sakit yang dahsyat. Falsafahnya gelang menurut Karang adalah sebuah benda yang memberikan signal yang kuat bagi pasangan yang mengenakannya. Karena gelang dikenakan dipergelangan tangan dan letaknya dekat dengan urat nadi dan urat nadi akan memberikan signal kepada pasangan yang lainnya. Begitulah falsafah yang pernah Karang beritahukan kepada Sifa dan semenjak itu pula Sifa selalu mengenakan gelang yang diberikan oleh Karang. Tapi saat ini signal itu rusak oleh sebuah takdir konyol yang benama “ PERJODOHAN ” . Sifa meminta kepada Alif suaminya untuk menepi dan mencari warung atau mini market terdekat untuk membeli obat sakit kepala karena ia sudah tak tahan dengan rasa sakit yang dirasakannya. Dan Alif pun mengikuti permintaan Sifa, ia menepikan mobil yang kendarai tepat didepan sebuah mini market dan segera mencari obat sakit kepala dan air mineral untuk Sifa minum. Sakit kepala yang dirasakan oleh Sifa tidak juga reda malah menjadi setelah meminum obat. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Sifa, ia meminta Alif untuk mempercepat laju kendaraannya agar cepat sampai dirumah Karang dan benar saja semakin jauh mobil yang mereka kendarai dari tempat kecelakaan Karang, saki kepala Sifa berangsur berkurang. Tapi Sifa kurang peka dengan pertanda sakit kepala itu, ia menganggap sakit itu sakit kepala biasa, hanya saja hatinya merasakan keganjilan dengan sakit kepala itu. Semua keganjilan tersebut ditepisnya oleh pikiran dan logikanya, dan sejatinya pertanda sakit kepala itu tidak akan terjadi lagi.
Akhirnya tiba juga mereka dirumah kediaman Karang dan mereka berdua hanya mendapati sebuah rumah yang sedang terkunci rapat dengan lampu teras yang masih menyala. Mereka berinisiatif untuk bertanya kepada para tetangga tetapi para tetangga menjawab dengan gelengan kepala pertanda mereka tidak mengetahui kemana perginya para penghuni rumah. Para tetangga hanya mengetahui bahwa keluarga pak Ridwan sedang pergi sejak siang kemarin dan kemana perginya mereka tidak mengetahuinya. Sifa kecewa mendengar penjelasan dari para tetangga dan segera berpamitan serta menitip pesan kepada salah astu orang tetangga kalau ia dan suaminya telah datang ingin berSilahtuhRohim kepada kepada keluarga pak Ridwan. Sebelum Sifa pergi ia amati secara seksama rumah Karang dan sejenak ia mengenang masa lalu.
Sementara itu dirumah sakit setelah Sarapan bareng Dokter Florencia, Raka segera berpamitan pulang dan mengirim sebuah pesan singkat kepada Ka’ Raihan
“ KA’ RAIHAN RAKA PULANG DULUAN ENTAR KALO MAMAH SAMA PAPAH TANYA BILANG RAKA DAH PULANG, SOALNYA KALO PAPAH TAU RAKA BELUM ADA DIRUMAH BISA KETAHUAN NANTI “ dan tak lama pun Raihan membalas pesan singkat itu
“ YA UDAH HATI-HATI AJA DIJALAN, JANGAN NGEBUT-NGEBUT BAWA MOBILNYA “
Setelah mendapat balasan dari Raihan, Raka memacu mobilnya untuk pulang kerumah. Selama dalam perjalanan Raka hanya bisa membanyangkan hal terburuk yang akan menimpa abangnya. Dokter Florencia pun sebelum kembali kerumahnya ia menyempatkan untuk mampir kerumah Ibu Ratih orang Tua dari Annisa dan Dewa anak gelandangan yang semalam mereka temui. Ia hanya ingin mengetahui perkembangan penyakit Ibu Ratih dan menawarinya untuk menjadi pembantu rumah tangga dirumahnya dan tinggal bersamanya. Mendengar tawaran tersebut Ibu Ratih hanya bisa menangis, mengangguk dak didekapnya Annisa dan Dewa kedua anaknya. Dokter Florencia meminta kepada Ibu Ratih, Annisa dan Dewa untuk segera bergegas mengumpulkan pakaian yang layak untuk sementara tinggal dirumahnya. Ia melakukan semuanya itu hanya untuk sebuah nama “ KARANG “ dan berharap kebaikannya tersebut dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya untuk kesebuhan Karang.
Setelah sampai dirumah, Sifa menceritakan hasil perjalanan kerumah Karang bersama Alif suaminya kepada ibunya. Ia menceritakan soal sakit kepala yang mendadak manyerang kepalanya. Ibu kaget mendengar sakit kepala yang mendadak menyerang putrinya, ibu mempunyai perasaan yang tidak enak atas kejadian tersebut tapi tidak disampaikan kepada Sifa, takut Sifa bertambah gelisah. Cukup gelisah, cukup cemas, cukup sedih, cukup kecewa putrinya atas pernikahan yang baru kemarin dilaksanakan olehnya. Dipendamnya sendiri firasat buruk itu. Berharap ini hanya firasat saja dan tidak terjadi kejadian buruk yang menimpa putrinya. * Pengorbanan seorang Ibu untuk putrinya, Ya Robbi apakah kami bisa seperti ibu kami. Kami mohon keteguh hati, kami mohon Engkau beri kesabaran dan KeIkhlasan untuk hati kami dalam menghadapi semua cobaan-MU.
Sejam kemudian Raka tiba dirumahnya. Belum sempat ia memasuki rumah ia diberitahukan pleh salah seorang tetangganya bahwa tadi ada seorang suami istri datang kerumahnya untuk berkunjung SilahtuhRohim.
“ Mas Raka tadi ada sepasang suami istri datang kerumah terus katanya sie mau SilahtuhRohim sama pak Ridwan sekeluarga “
“ oh ya terima kasih Bu’…namanya siapa Bu’ suami istri itu? “
“ istrinya namanya Sifa terus kalo suaminya ngak sempet sebutin namanya “
“ siapa Bu’ namanya? “
“ Sifa kalo Ibu ngak salah denger “
“ oh ya Bu’ sekali lagi terima kasih ya “
Mendengar nama Sifa, Raka terkejut seketika itu ia menjadi jengkel. Karena menurutnya Sifa yang telah menyebabkan abangnya sekarang ini tergolek lemah tak berdaya dan hilang kesadaran.
Sifa sendiri setelah menceritakan soal berkunjung kerumah Karang, ia banyak menghabiskan waktunya dikamar dengan melamun. Pikirannya bercampur aduk menjadi satu. Dan disaat ia melamun kalung pemberian Karang terputus dan terjatuh kelantai. Sontak ia terkejut dan teringat perkataan saat Karang memberikan kepadanya
“ Sayang ini kalung aku kasih sama kamu sebagai tanda agar aku ada selalu dihati mu. Filosofinya adalah kalung letaknya didada tertutupi oleh baju. Itu tandanya kalau cinta dan sayang mu tulus dari dalam. Kalung letaknya berdekatan dengan hati itu tandanya kalau aku selalu dekat dengan mu walaupun terkadang kita terpisahkan oleh waktu dan kesibukan kita masing-masing. Tapi aku yakin sejauh apapun kita, aku selalu ada dihati mu dan engkau pun ada dihati ku. Aku dapat merasakan semua rasa sayang, cinta dan rindu mu itu. Aku berharap kalung ini dapat mengobati kangen dan rindu mu kepada ku. “
“ terima kasih ya Bang, InsaAllah Sifa akan jaga kalung ini “
“ maaf ya aku ngak bisa pasangin dileher mu, karena kita bukan muhrim “
“ buka tangan kanannya “
“ BISMILLAHHIRROMANIRRIHIM “
“ aku mau engkau halal untuk ku, ku jaga kepercayaan kedua orang tua ku, amanah dan kehormatan keluarga ku dan ku jaga pula kepercayaan kedua orang tua ku, amanah dan kehormatan keluarga mu, dan aku akan bersabar menunggu waktu yang bahagia itu “
“ terima kasih ya Bang, buat semuanya dan buat pengorbanan Abang selama ini “
“ iya sama-sama sayang “ terurai lagi air matanya. Dan ia masih menanti sebuah benda yang dijanjikan oleh Karang disaat Ijab Qobul pernikahannya. Sebuah benda yang bermakna sebuah hubungan itu tidak berawal dan tidak berakhir. Letaknya dijari manis menandakan benda tersebut enak dikenakan dan indah untuk dipandang. Benda yang menandakan sebuah janji dan ikatan suci sebuah kesetian buat pasangan hingga maut memisahkan.
Waktu berjalan pelan buat Sifa dengan semua yang ia rasakan saat ini. Jarum jam tak berputar cepat seperti ia melewati waktu bersama Karang. Entah saat ia berkunjung dan bermain bersama anak-anak panti. Entah ia berdua rusuh bercanda diwarung bakso. Entah ia berdua rusuh meledeki tukang siomay tempat makan favorit mereka. Waktu saat-saat bersama Karang itu sekarang hanya menjadi sebuah puzzle bagi hidupnya. Kini ia harus menyusun kembali pecahan-pecahan harapan, asa dan cita-citanya bersama orang lain yang sama sekali tak dikenalnya. Hari-hari kini akan dirasa kosong saat dilewati olehnya tak seperti dulu penuh kejutan.
A.N.G // By : Naff Band
Seluruh hati tlah ku datangi/
Hanya hati mu yang ku pilih/
Seluruh cinta tlah ku selami/
Hanya cinta mu yang ku cari/
Jangan letih mencintai ku/
Janganlah terhenti/
Jangan lelah menyanyangi ku/
Hingga bumi tak bermentari/
Tak ada kasih yang seperti mu/
Yang pernah aku miliki/
Sungguh tak bisa aku berpaling/
Oleh : Kai Ichinose